top of page
  • Writer's picturechaidir akbar

Paris-Brest-Paris : Panduan Lengkap Bagi First Timer

Updated: Sep 6, 2023


Perjalanan PBP ini di dukung oleh Herbalife Indonesia // Rexona // Strive Indonesia // Subjersey // Trek Indonesia // Oakley // Sekayuh // Garmin Indonesia

Hi!! Akhirnya saya menyelesaikan Paris-Brest-Paris 2023 saat mulai menulis ini dan saya masih dalam euforia finish, perasaan yang sangat menyenangkan. Tulisan ini saya dedikasikan untuk temen-temen pesepeda Indonesia yang tertarik dengan Audax dan Road Cycling, yang sudah niat mau ikutan PBP 2027 maupun hanya ingin tau semua hal detil tentang Paris Brest Paris, ya siapa tau abis baca tulisan ini malah tertarik untuk ikut.


Pengalaman dan pengetahuan tentang PBP tersebar disemua peserta, tentunya saya memiliki keterbatasan dalam ilmu dan kemampuan bercerita, namun harapannya tulisan ini bisa bermanfaat buat teman-teman yang akan mendaftarkan diri di tahun 2027 dan selanjutnya.


Jadi mari kita mulai saja ..


Apa itu Paris-Brest-Paris?

Paris-Brest-Paris adalah event sepeda self support sejauh 1.200 km yang dimulai pada tahun 1891, dan menjadi event sepeda tertua yang masih berjalan sampai saat ini. Event ini juga merupakan puncak dari audax atau randonneuring yang diadakan setiap 4 tahun sekali. Pada awalnya PBP ini merupakan race yang diikuti oleh pro atlit. Di tahun 1931 Audax Club Parisien mengorganisir event Brevet 1.200 km dengan rute Paris Brest Paris yang dilaksanakan bersama dengan Pro Race. Dari sini dimulailah sejarah Audax PBP yang berlangsung hingga saat ini, sedangkan Pro Race nya sendiri terakhir dilaksanakan pada tahun 1951.


Berfoto dengan Charles Terront - pemenang edisi perdana PBP tahun 1891 pada halaman muka koran Le Petit Journal yang di cetak besar di checkpoint Mortagne Au Perche

Apa yang membuat Paris-Brest-Paris spesial dan kenapa kita harus coba?

Sejarah yang sudah bergulir lebih dari 100 tahun dan tantangan sepeda berjarak 1.200 km dengan batas waktu yang ketat namun tetap do-able, mengundang ribuan pesepeda dari seluruh dunia untuk berbaris di garis start setiap 4 tahun sekali. Pada edisi 2023 informasi dari panitia total ada 8.000 orang peserta dari seluruh dunia hadir, dengan kontingen besar berasal dari Perancis, German, UK, US, Italia dan dari negara Asia, Jepang & India mengirimkan ratusan pesepeda. Sedangkan dari Indonesia tercatat ada 47 orang peserta yang terdaftar. Terdiri dari 8 wanita dan 39 pria.


Bendera negara-negara peserta beserta ucapan selamat datang dalam berbagai bahasa di pasang di checkpoint Carhaix, bangga sekali Indonesia terwakili di event PBP 2023

Berikut Statistik PBP 2023 :

6.749 Entries (pendaftar) - 6.431 (starter)

Finish Rate : 75.7% - DNF : 24.3%

Average Finish Time : 78:57:19

Fastest : Nicolas Dehaan 41:46:30

Fastest Female : Estelle Gerbier : 50:52:20

Fastest Indonesia : Handika 62:23:43 Rank 328


Most Participating Country:

France : 1978 peserta, 76.2% Finish Rate

Diluar Perancis : (negara / peserta / finish rate)

Jerman : 758 / 83.4%

UK : 556 / 79.4%

USA : 459 / 67.4%

Italia : 379 / 85.8%

Spanyol : 246 / 84.5%

Asia :

Jepang : 364 / 68.5%

India : 286 / 47.9%

Korea Selaran: 73 / 83.1%

Asia Tenggara :

Filipina : 79 / 47.3%

Malaysia : 49 / 65.2%

Indonesia : 47 / 62.2%

Singapura : 15 / 33.3%


Peserta Indonesia di finish Rambouille 24 Agustus 2023

Catatan Khusus :

Indonesia telah mengirimkan peserta sejak edisi 2015 dan 2019 dengan kepesertaan terbanyak di 2023 ini, berikut datanya :

2015 : 7 peserta, 1 finisher, 14,3% finish rate

2019 : 14 peserta, 3 finisher, 23,1% finish rate

2023 : 47 peserta, 28 finisher, 62,2% finish rate

Total Finisher dari Indonesia total menjadi 32 orang

sumber : pbpresults.com


Bagaimana cara ikutan Paris-Brest-Paris ?

Tidak seperti event sepeda pada umumnya yang tinggal daftar saja saat registrasi dibuka oleh panitia, dalam PBP ini ada tahapan-tahapan yang harus dilalui terlebih dahulu, yaitu :

  1. Pre Registrasi : Pada tahap ini pendaftaran pre registrasi akan dibuka bertahap dimulai dari calon peserta yang memiliki RM 1200 atau BRM 1000 (finish audax 1200/1000). Kemudian berlanjut BRM 600, 400, 300, 200 dan yang tidak memiliki BRM. Dengan memiliki RM/BRM yang lebih panjang kita bisa memilih waktu start sesuai keinginan, sebelum slot waktu start tersebut kuotanya terpenuhi. Di PBP dengan peserta 8.000 maka perlu diatur waktu start agar tidak terjadi penumpukan di area start. Jadi start dibagi kedalam beberapa gelombang, mulai dari tanggal 20 Agustus pukul 16:00 (wave A) lalu tiap 15 menit untuk wave selanjutnya. Kurang lebih tiap wave start maksimal diisi 300 peserta. Saya berada di wave P, start pukul 19:45 sedangkan Mariska berada di wave M, start pukul 19:00. Syarat lainnya harus berusia 18 pada saat nanti waktu start dalam hal PBP 2023 berarti pada tanggal 20 Agustus 2023. Ditahap ini kita harus membayar 50 Euro dan nanti nominal ini akan diperhitungkan sebagai pengurang total biaya Registrasi.

  2. Registrasi : Pada proses registrasi kita akan memasukan homologation number (nomor tanda finish) brevet kualifikasi (Audax 600-400-300 & 200). Kalau kita belum menyelesaikan seluruh brevet kualifikasi, masih bisa disusulkan sampai batas waktu tertentu. Detail data pribadi lainnya dimasukan di registrasi dan opsi service yang sifatnya add-on, boleh beli boleh tidak. Biaya registrasi PBP sendiri senilai 190 euro waktu itu saya tambah add-on : Jaket, Jersey, (untuk kenang2an), Results brochure untuk biaya kirim & Meal untuk hari minggu 20 Agustus (opsi ini sebetulnya tidak perlu-perlu amat karena banyak juga yang sudah beli meal namun tidak menggunakan jatah makannya). Total biaya yang dikeluarkan 259 Euro, dikurangi 50 Euro yang sudah dibayar pada Pre Registrasi jadi sisa yang harus dibayarkan 209 Euro.

  3. Qualifying Brevet : Ini yang membedakan PBP dari event RM atau BRM lainnya, untuk diterima kita harus melalui kualifikasi menyelsaikan Audax 600 km, 400 km, 300 km, 200 km di tahun yang sama PBP dilaksanakan dalam aturannya periode perhitungan dari 01 November 2022 sd 30 Juni 2023. Di Indonesia sendiri event kualifikasi dilakukan oleh Audax Randonesia mulai dari Januari 2023 (600), Februari 2023 (400), Maret 2023 (300), Mei 2023 (200). Brevet kualifikasi ini akhirnya menjadi ajang berlatih mempersiapkan fisik dan mental, mencoba setup sepeda dan peralatan yang dibawa untuk persiapan Paris Brest Paris nanti.

Biaya registrasi 190 Euro itu dapat apa aja jadinya?

• partisipasi di Paris-Brest-Paris Randonneur 2023

• official water bottle

• official reflective vest

• left luggage at the starting line

• makan di finish line

• official document pouch (semacam tas paspor dengan gantungan untuk menaruh kartu brevet)

• PBP 2023 frame badge

• PBP 2023 brevet card

• PBP 2023 rider follow-up

• souvenir medal kalau bisa sampai ke finish sebelum ditutup (ada tambahan plakat waktu yang akan dikirim melalui surat setelah homologation)

• tanda arah di rute

• pengawasan oleh mobil & motor official

• akses ke checkpoints dan tempat makan

• emergency support di checkpoints

• Film PBP yang akan tersedia di website


Sepeda apa yang bisa digunakan untuk PBP?

Sebelum start PBP akan ada pengecekan sepeda, dicek kondisi rem, lampu, reflective vest, serta penggunaan helm menjadi mandatory di 2023. Pada saat gowes kita akan lihat berbagai jenis sepeda, paling banyak tentunya road bike, ada mountain bike, sepeda lipat, recumbent bike, sepeda yang digowes sendiri (Solo), digowes berdua (Tandem), digowes tiga orang (triplets), trikes (tiga roda), dan segala jenis special bikes.


Berikut aturan mengenai sepeda :

• Segala jenis sepeda baik 2 atau 3 roda dan dikendalikan dengan handlebar serta digerakan dengan kekuatan otot melalui transmisi yang terdiri dari satu atau beberapa rantai dapat digunakan.

• Sepeda tidak boleh lebih lebar dari 1 meter

• Penggunaan extender tidak disarankan di pelotn

• E-bikes dilarang.

• Sepeda harus memenuhi peraturan Negara Perancis.

• Memiliki lampu yang dapat dilihat dari 100m dari depan dan 150m dari belakang. lampu belakang dilarang menggunakan mode kedip.

• Lampu cadangan sangat direkomendasikan. Panitia dapat memberhentikan peserta karena tidak memiliki lampu dan melarang melanjutkan sampai permasalan dapat diselesaikan.

• Sepeda boleh Solo (sepeda digowes sendiri), Tandem (digowes dua orang), Triplets (digowes tiga orang), trikes (tiga roda), semua special bikes.

Sepeda recumbent dengan posisi pedal ada diatas roda depan sehingga posisi pesepeda seperti duduk di kursi malas

Rute dan suasana dijalannya seperti apa sih?

Dari informasi yang dikumpulkan selama PBP serta info dari temen yang tinggal di eropa dan pengalaman saya sendiri, bisa disimpulkan kalau Perancis adalah negara pesepeda. Dalam konteks event sepeda terbesar di dunia Tour de France adanya di Perancis dan berlangsung setiap tahun sudah lebih dari 100 tahun sejak 1903. PBP sudah berjalan 20 edisi dengan rute yang kurang lebih sama setiap pelaksanaannya. Penerimaan penduduk Perancis yang dilewati oleh rute PBP sudah menganggap bahwa pesepeda itu adalah orang suci yang melakukan perjalanan bersepeda jarak jauh.


Setiap desa/kota yang dilewati tampak antusias menyambut peserta PBP dengan menyiapkan food & water station, hiburan, tempat tidur, bahkan membuka rumah mereka untuk disinggahi maupun tempat istirahat peserta. Bukan kebetulan pelaksanaan PBP bersamaan dengan liburan sekolah di perancis jadi anak-anak dan orangtua banyak yang aktif menjadi supporter maupun volunteer, mereka tampak antusian disetiap saat, tengah malam maupun dini hari selalu ada sambutan ramah kepada para peserta PBP.


Keluarga ini selalu membuka rumahnya untuk para peserta PBP, hal ini merupakan tradisi di keluarga mereka, bahkan anak-anaknya dilibatkan sejak kecil

Pengendara mobil, motor maupun truk di Perancis sangat menghormati pesepeda, diperkuat dengan aturan lalu lintas dan rambu-rambu yang dipasang di pinggir jalan yang menginformasikan jarak aman kendaraan untuk melewati pesepeda yaitu 1,5 meter. Selama gowes disana hampir tidak terdengar pengendara kendaraan membunyikan klakson kepada pesepeda, kecuali dengan tujuan untuk menyemarakan dan menyemangati peserta.


Truk ini berada dibelakang kami cukup lama tanpa mengintimidasi dengan klakson, pengendara truk menjaga jarak aman dan baru menyusul setelah yakin tidak ada kendaraan disisi kiri

Infrastruktur jalan di Perancis juga sangat baik, sepanjang jalan tidak ada lubang yang membahayakan. Tidak ada rute gravel maupun batuan, seluruhnya bisa dikategorikan aspal mulus. Hal ini memberikan rasa aman yang luar biasa kepada peserta, bahkan saat turunan pun kita tidak takut untuk memacu sepeda, jika diujungnya ada belokan pun tidak ada yang belokan patah berbahaya. Walau demikian tetap saja kita harus berhati-hati dijalan karena kecelakaan bisa saja terjadi karena kelalaian maupun sebab lainnya yang tak terduga.


sepanjang jalan berbukit dengan gradien yang halus dan pemandangan landmark kota di kejauhan

Elevasinya tinggi (1000m nanjak per 100km) namun tidak ada tanjakan di Paris Brest Paris ini, bagaimana bisa?

Jika kita gowes dari Jakarta ke Bandung lewat Puncak kita pasti akan ingat ada berapa tanjakan yang kita lewati berikut nama tanjakannya. Nah kl pengalaman ikut event seperti Audax 600 Jogja atau Bentang Jawa kita pasti ingat tanjakan-tanjakannya, namanya (atau nama daerahnya) dan rasanya. Namun di PBP ini saya yakin peserta gak akan ingat apa nama tanjakan yang dilewati karena seluruh rute adalah rolling hills, tidak ada benar-benar tanjakan panjang, paling hanya 3km terpanjang dengan average gradien tidak lebih dari 5% dan maksimum gradien tidak ada yang diatas 10%.


Kamu bisa pelajari rute dari aktivitas Strava PBP 2023 disini :

Kalau mau mempelajari rutenya melalui Garmin Connect sbb :

Sumber : dari gpx resmi organizer yang di saved ke Garmin Connect


Peralatan apa aja yang perlu dibawa disepeda untuk PBP?


Ini list lengkap apa-apa yang dibawa di sepeda pada saat PBP kemarin :

Sepeda : Trek Madone SLR6

Menempel di tubuh : Helm Kask Elemento, Kacamata Oakley Sutro (bawa dua lensa, satu clear satu black), Jersey & Bib Subjersey Custome, Sepatu Bontrager XXX + Kaus Kaki subjersey + cadangan, Sarung tangan.


On Bike :

  • Garmin Edge 1040 solar

  • Lampu Depan

  • Lampu Belakang

  • Tas Saddle 14 L

  • Tas Top Tube

  • Tas Down tube

  • Bidon 2


Tas Top Tube :

  • Makanan, Strive, salt tablet, ramolit

  • Powerbank

  • Cabels

Tas Down Tube :

  • Multi tools

  • Tyre lever

  • Cable ties

  • Obat ringan : obat diare, paracetamol, tetes mata

  • Chamois cream

  • Lip gloss

  • Parfume kecil

  • Sunblock

Saddle Bag :

  • Tools : Chain link, Chain breaker, presta converter, chain lube, Ban dalam, Fumpa, CO2, duck tape, brake pad.

  • Spare : Ban dalam, Ban luar (yes gak salah), brake pad

  • Extra foods

  • Neoprene gloves (buat proteksi kalo dingin)

  • Buff merino (buat nahan anging di muka dan panas matahari kl siang)

  • Jacket

  • Jas hujan plastik

  • Penutup sepatu

  • Toileter : Sikat gigi, sabun & Rexona.

  • Pouch PBP berisi brevet card, uang, kartu debit dan stiker Audax Randonesia untuk dibagikan.


Setup sepeda final beserta seluruh bawaan, difoto sebelum start wave di Rambouille, 20 Agustus 2023 pukul 19:35

Catatan mengenai DROP BAG:

Di PBP bisa menggunakan jasa drop bag berbayar, biayanya 50 Euro untuk satu paket seberat 8kg per-drop point. Ada dua drop point yang banyak dipilih :

  1. Fougers km 292.5 dan bisa di akses kembali di jalan kembali ke Paris km 927

  2. Loudeac km 435 dan bisa diakses kembali di jalan kembali ke Paris km 782

Dengan adanya drop bag ini tentu strategi membawa barang bisa diatur supaya bisa lebih ringan disepedanya. Penyedia jasa drop bag yang digunakan orang Indonesia adalah Jeff, seorang Perancis yang memiliki istri orang Indonesia. Seluruh booking melalui web : www.jftcycling.com untuk jasa lainnya bisa kontak Jeff via whatsapp +33 601263839


Traveling ke Perancis

Untuk perjalanan ke Perancis kita butuh beberapa hal di Indonesia untuk disiapkan :

  1. Passpor yang masa berlakunya tidak kurang dari 6 bulan saat keberangkatan.

  2. Visa Schengen : visa bersama 27 negara Eropa termasuk Perancis.

  3. Tiket Pesawat atau transportasi lainnya.

Untuk pengajuan Visa melalui TLScontact (badan yang ditunjuk oleh Kedutaan Besar Perancis untuk memroses permohonan Visa Schengen) yang berlokasi di Menara Anugerah, Mega Kuningan Jakarta. Langkah-langkah mudah pengajuan Visa sebagai berikut :

  1. Mendaftar (membuat akun) di situs resmi https://visas-fr.tlscontact.com

  2. Mengisi data diri lalu cetak dokumen aplikasi visa.

  3. Menyiapkan dokumen : Paspor, Foto terkini, Kartu Keluarga, KTP, Slip Gaji, Rekening Koran 3 bulan terakhir, bukti booking penginapan, bukti pemesanan tiket pesawat.

  4. Jika kita sudah mendaftar di PBP maka akan mendapat surat undangan dari organizer PBP dalam bahasa Perancis yang bisa dimasukan kedalam dokumen yang diunjukan ke TLS.

  5. Membuat janji wawancara, hadir ontime.

  6. Membayar biaya Visa Rp 1,3jt dan biaya TLS Rp 591rb.

  7. Menunggu proses dalam hal saya yang wawancara di Juli 2023, hasilnya bisa diambil satu minggu setelah wawancara.

  8. Paspor yang sudah di tempel visa bisa diambil di TLS atau opsi dikirim.


Saat mengambil Visa di TLS bertemu dengan Bu Feronica dari Kediri, Jawa Timur yang baru saja melakukan wawancara 12 Juli 2023

Itinerary/Rencana Perjalanan ke Perancis

Background tiap orang beda, yang menentukan itinerary biasanya ketersediaan dana dan waktu hehehe. Untuk yang mau traveling minimalis waktunya karena jatah cuti yang terbatas, tapi sempat jalan-jalan sekitar paris dan mengikuti rangkaian PBP dengan lengkap dan sempurna, saya coba bikin itinerary berdasarkan pengalaman di 2023 :


Rabu, 16 Agt : Flight malam ke Paris

Kamis, 17 Agt : Tiba di Paris - CDG Airport pagi pukul 10:00, langsung checkin di penginapan.

Jumat, 18 Agt : Pengambilan Race Pack di Rambouille sesuai jam yang ditentukan.

Sabtu, 19 Agt : Istirahat, Final Prep atau masih sempat jalan-jalan ringan.

Minggu, 20 Agt : Menuju Rambouille untuk Start.

20-24 Agt : Bersepeda di PBP

Kamis, 24 Agt : Finish di Rambouille, lalu kembali ke penginapan.

Jumat, 25 Agt : Istirahat dan mulai packing sepeda.

Sabtu, 26 Agt : Jalan-Jalan sekitar Paris, malam flight pulang ke Indonesia.

Minggu, 27 Agt : Tiba di Indonesia, Malam hari.

Jadi kurang lebih beri spare waktu 10 sd 12 hari untuk perjalanan minimum di PBP ini.


Opsi Penerbangan dan Biayanya

Paris dikenal sebagai salah satu kota di dunia yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Karena itu pilihan pesawat menuju Paris sangat banyak. Teman-teman ada yang menggunakan airlines : Singapore, Turkish, Qatar dan pilihan saya Emirates. Gak ada alasan khusus tergantung preferensi masing-masing saja. Namun pilihan kemarin tidak salah karena dalam penerbangan ke Paris kami mendapat free upgrade ke kelas Bisnis dengan pesawat double deck airbus A800 yang memiliki fasilitas first class lounge.


menikmati First Class Lounge dalam penerbangan Emirates Dubai-Paris

Untuk biaya tiket ini bervariasi tergantung dari tanggal booking, masa promosi, kelas yang dibeli, ada beberapa teman yang menggunakan redeem milage yang dikumpulkan. Nah ini bisa jadi solusi mengurangi biaya juga, jadi kalau belanja dengan kartu kredit, pointnya ditukar dengan point miles dari salah satu airline, ada waktu 3 tahun untuk mengumpulkan point biar bisa dapat free ticket. Kalau berbayar kelas ekonomi range harga dari 13 juta sd 21 juta. Yang perlu diperhatikan adalah baggage allowance dan peraturan masing-masing maskapai mengenai bagasi sepeda. seperti Turkish airline yang tidak memasukan sepeda kedalam baggage allowance jadi harus beli bagasi khusus untuk sepeda senilai kurang lebih 3 juta pp.


Penginapan di Paris

Sama seperti penerbangan, kita gak akan kesulitan menemukan akomodasi di Paris, idealnya mungkin cari lokasi penginapan yang dekat dengan start-finish di Rambouille jika first timer jadi mengurangi stress bepergian. Namun tidak sulit juga jika dapat penginapan di Paris dan sekitarnya karena transportasi dengan kereta ke Rambouille cukup mudah. Dari pengalaman kemarin sih dimana aja sekitar paris oke asal gak jauh dari stasiun kereta yang jalurnya mengarah ke Rambouille.

Rombongan Indonesia tahun 2023 ini di koordinir penginapannya oleh salah satu peserta yang memang biasa handle group travel, jadi kita ikut aja pemilihannya yang berupa unit apartemen 2 kamar dengan dapur dan ruang tamu berisi sofa bed yang bisa menampung 6 orang peserta dalam satu unit apartemen.


Berkumpulnya peserta Indonesia di satu lokasi ini memudahkan sekali untuk koordinasi dan saling bantu mulai dari pemasangan sepeda, berbagi makanan, berbagi info-info penting, sharing kegiatan selama di Paris. Suasananya jadi seperti perkampungan kontingen PBP asal Indonesia.

Untuk biayanya sendiri selama tanggal 17 sd 28 Agustus (termasuk sewa 1 unit untuk penitipan barang saat kita sedang PBP) biaya yang saya bayar sebesar 224 Euro atau sebesar RP 3,8 juta.


Berikut nama apartemen yang kami sewa :

APPART’CITY CONFORT

St Quentin En Yvelines Bois d'Arcy


📍Ini lokasinya :


Aktivitas di Paris

Sebagai kota yang paling terkenal di dunia, paris memiliki pesona sebagai kota budaya, sejarah dan juga kota romantis. Banyak banget spot di kota Paris yang dijadikan lokasi prewedding orang-orang Indonesia dan seluruh dunia tentunya. Di kota paris juga banyak terdapat lokasi shooting dari film-film terkenal seperti Mission Impossible, Emily in Paris, Inception dan lain-lain. Tapi buat saya yang menarik adalah Paris merupakan kota penutup dari perlombaan sepeda terbesar dunia yaitu Tour de France. Sebagai fans olahraga sepeda pro road tour, saya selalu mengimpikan bisa ke champ elysse merasakan nuansa magis dari finish line lomba paling terkenal, dimana para legend dunia balap sepeda pernah berlomba disini.


Sebelum berangkat ke Paris saya sempat bertanya ke Awie rekomendasi fotografer di Paris dan beliau memperkenalkan saya dengan "sweet escape" yaitu layanan fotografer yang tersedia diseluruh dunia. Intinya kita bisa sewa jasa fotografer lokal diseluruh dunia melalui aplikasi sweet escape ini.

Singkat cerita kami menemukan fotografer yang diassign untuk mengikuti konsep foto kami yaitu balap sepeda. Pagi itu kami meluncur menju Arc de Triompe untuk membuat remake foto ala Tour de France, lanjut ke Trocadero dan Bir El Hakiem, inilah beberapa hasilnya:


Transportasi di Paris?

Kalau bawa sepeda kita bisa mixed commute di dalam kota Paris dengan Kereta, sepeda boleh dibawa masuk namun kalau lagi rame banget pas lagi rush hour pagi dan sore atau di weekend yang rame, lumayan dapat pandangan kesel orang-orang juga. Kita banyak pakai kereta untuk ke Rambouille untuk ambil race pack dan pulang pergi saat start n finish PBP. Untuk pergi ke tengah kota Paris kalau pagi-pagi enak di gowesin aja, tricknya ikutin peta di google maps dengan moda mobil namun pilih opse <avoid highway>. Pada dasarnya sepeda boleh digowesin dijalanan, kadang ada garis jalur sepeda, maupun pembatas dan kalau ada jalur khusus sepeda disamping jalan kita bisa gunakan.



Untuk temen-temen yang sering bulak-balik keliling kota Paris rata-rata membeli kartu langganan Navigo, yang bisa digunakan untuk pembayaran semua public transport, kereta maupun bus. Waktu kemarin saya beli tiket harian aja di stasiun sesuai dengan jalur kereta yang dinaiki.


Untuk taksi online ada aplikasi Uber dan Bolt yang banyak digunakan teman-teman, bisa pilih pembayaran dengan cash juga. Ada pilihan mobil kecil, mobil besar dan van yang bisa memuat bike box.


Makan apa aja selama di Perancis?

Waktu di Paris sebelum dan sesudah event kita bisa jajan di supermarket beli bahan makanan untuk dimasak di apartemen, atau beli frozen food untuk dipanaskan menggunakan microwave, makanannya enak-enak ada nasi juga dengan berbagai variasi. Restoran banyak!! yang cocok ama lidah kita pastinya chineese food, yang simple dan rasanya aman bisa beli fast food. Kalau mau coba restoran-restoran fancy banyak banget di Paris kota.


Makanan di PBP sendiri gimana?

Awalnya kita agak khawatir selama gowes di PBP akan kesulitan cari makanan (yg cocok), eh gak taunya..

  1. Panitia sediain makanan di checkpoint dan ini sudah tertulis titik-titiknya di panduan acara. Selain itu ada beberapa food station yang tidak ada di panduan dan juga bukan merupakan control point.

  2. Kita bisa makan di restoran, kalau lewat kota-kota pas jam layanan restoran kita bisa mampir. biasanya restoran buka pukul 10 pagi keatas kemudian malam maksimal pukul 22. Ada juga Cafe-cafe yang buka pagi namun biasanya makanan yang tersedia hanya croissant dan pain au chocolate.

  3. Warga lokal yang membuka food station di depan rumah mereka, community center, bahkan ditempat jauh yang tak terduga misalnya di atas bukit, mereka buka tenda dengan meja-meja berisi makan dan minuman. Untuk ini ada terus pagi, siang, sore, malam, bahkan dinihari dan subuh. Ada yang gratis, ada juga yang membuka kencleng (sumbangan sukarela) dan ada juga yang berbayar.

  4. Beli makanan siap saji di Mini Market! disana minimarketnya ada Carrefour, Lidl dan merk lainnya yang gak familiar. Biasanya minimarket ukuran sedang yang kalau disini setara Alfamidi menyediakan makanan siap saji dingin yang kita bisa minta mereka hangatkan di microwave. Nah disini dua kali saya berhenti dan dapat makan nasi serta es krim, buah, cips dan minuman-minuman dingin yang enak-enak.

  5. Bawa bekel makanan sendiri, sebelum berangkat saya dititipin Abon dari Mama dan saya bawa selama gowes PBP. Bekal sports nutrition bar & gel dari Strive Indonesia tentunya selalu ada di tas dan sparenya ditaruh di drop bag. Saya juga beli berbagai jenis coklat dan bar yang dibeli di minimarket di Paris.

  6. Sempat juga minta makanan dari peserta lain yang lagi asyik makan roti sandwich saat pagi belum sarapan, liat beliau lagi asyik makan saya minta saja dan dikasih coba jadi kita berbagi kenikmatan roti tersebut hehehe..

Cuacanya selama gowes gimana dan apa persiapannya?

Ini salah satu ketakutan terbesar, gowes di udara dingin, kalau di udara panas mungkin kita dah terbiasa ya di Indonesia, tapi kalau di udara dingin untuk mensimulasikannya agak sulit. Dalama beberapa kesempatan sebelum PBP saya mencoba gowes malam ke Puncak Pass untuk merasakan sensasi gowes di suhu 15-16 derajat dan rasanya selalu dingin apalagi kalau berhenti di warung mang ade, sebentar aja pasti kedinginan.

Jadi sebelum berangkat mulailah invest ke peralatan anti dingin, mulai dari jacket waterproof sekaligus windbreaker, saya pilih yang berbahan goretex yang memiliki fitur breathable. kemudian di area bawah menggunakan Leg warmer berbahan fleece untuk menghangatkan kaki dan buff berbahan merino wool untuk menahan dingin dari angin di muka, hidung dan telinga. buff ini juga bisa digunakan di siang hari untuk menghalau panas terik matahari. Merino wool memiliki keunggulan dapat digunakan di cuaca dingin maupun panas dan cenderung tahan bau. Untuk kaus kaki tidak ada yang khusus pakai kaus kaki biasa saja.

Suhu selama PBP dimalam hari pertama terasa lebih dingin dan semakin hangat di hari-hari selanjutnya (mungkin karena tubuh beradaptasi). Tercatat suhu terendah di Garmin sebesar 11 derajat celcius. Prinsip berpakaian pada udara dingin ini adalah layering jadi bagian paling dalam saya menggunakan jersey sepeda Subjersey tanpa base layer, kemudian jaket goretex dan reflective vest resmi PBP.

Untuk udara yang dingin saya menggunakan sarung tangan khusus sepeda berbahan neoprene merk Craft yang saya beli di Paris.

Ketika udara semakin menghangat maka konsep layering dipraktikan, sleting mulai dibuka dan jika matahari sudah muncul maka vest , jaket, leg warmer dibuka menyisakan jersey saja. Sarung tangan neoprene diganti sarung tangan biasa.

Suhu udara di siang dan sore hari sangat terik, kisaran 30 derajat namun sinar mataharinya memiliki tingkat UV yang lebih tinggi serta kelembaban udara rendah.



Tipsnya :

  1. Gunakan lip balm di bagian bibir agar tidak terkelupas, karena akan perih sekali jika sampai terjadi. oleskan kembali jika terasa mulai kering. Saya juga menggunakan pelembab kulit yang didapat dari penerbangan, serta sunblock yang dibawa dari Jakarta.

  2. Gunakan kacamata yang dapat melindungi mata dari sinar UV di siang hari, debu, serangga dan angin yang bisa membuat mata iritasi dan mengganggu kenyamanan gowes. Saya dan Mariska memilih menggunakan Oakley Sutro, salah satu model kacamata Oakley yang populer diantara pesepeda. Mariska menggunakan lensa photocromic yang bisa menggelap jika pencahayaan terang dan menjadi clear ketika pencahayaan gelap. Saya menggunakan dua lensa terpisah, satu lensa clear untuk malam hari dan lensa hitam untuk siang hari.


Musim panas bulan Agustus di Paris kali ini menurut saya perfect, tidak ada hujan besar, hanya sekali kena hujan rintik namun tidak sampai berhenti untuk menggunakan jas hujan.


Pas PBP sempat tidur gak sih? dimana tidurnya? gimana tidurnya? berhentinya berapa lama?


Pertanyaan ini bisa terjawab dengan data :

  • 1.230km ride

  • moving time : 53:51:40

  • stopping time : 32:48:55

  • elapsed time : 86:40:35


Jadi banyak banget spare waktu yang gak dipake gowes, trus ngapain aja tuh?

  • Masuk checkpoint

  • taro sepeda di bike rack

  • berenti sejenak

  • cap kartu kontrol

  • antri beli makan

  • makan

  • isi bidon

  • ke toilet

  • ibadah

  • ke medic

  • ngopi dulu

  • males-malesan

  • ngonten

  • TIDUR


aktifitas off bike ini yang menentukan finish time seseorang, seberapa efisien kita dalam memanfaatkan waktu offbike juga menentukan kondisi tubuh kita.


Dari berbagai macam aktifitas tadi tentunya ada yg essensial, seperti : cap kartu kontrol, beli makan, ibadah, ke medic dan TIDUR yang merupakan key of the key performance kita.


Pemilihan strategi tidur akan berkorelasi dengan "riding plan" yang kita gunakan, juga akan berkorelasi dengan strategi drop bag.


  1. Strategi yang banyak digunakan : Berenti pada saat capek, tidur pada saat ngantuk. Tidak merencanakan lokasi tidur dan stop, mengikuti situasi dan kondisi badan. PBP mindset sebagai single ride.

  2. PBP dibagi menjadi 2 stage : 1. Paris ke Brest. 2. Brest ke Paris. Target pertama menyelesaikan ride sampe Brest kemudian melakukan long rest di Brest. Jadi mindsetnya 2x 600km ride.

  3. PBP dibagi menjadi 3 Stage atau 3x 400km. Nah ini strategi dan mindset yang saya pakai. Mempelajari rute dan checkpoint serta baggage drop point. titik yang ideal ada di Loudeac 435km dari Paris. Kemudian setelah melewati Brest akan ketemu Loudeac kembali di km 782. Lalu dari Loudeac ke Paris tersisa 430km. Jadi kita memutuskan menaruh drop bag di Loudeac yang bisa diakses 2x pada saat menuju Brest dan pada saat menuju Paris. Hal ini sangat membantu dalam mengatur logistik perjalanan , mengurangi beban pada saat ride dan bisa menggunakan lebih banyak resources untuk memberi kenyamanan pada saat ride. Maksudnya, dengan strategi ini kita bisa ganti-ganti bin n jersey baru, tentunya menggunakan fresh foam padding akan lebih nyaman daripada hanya menggunakan 1 bib utk full ride 1.200km. Walaupun demikian saya hanya menggunakan 1 jenis bib yaitu Subjersey T/A/G yang memang diperuntukan untuk aktifitas longride. Dengan penggunaan chamois cream tidak ada issue lecet maupun pantat bermasalah sepanjang ride. Strategi ini memberikan saya full stop rest 2x 5jam jadi selama ride mood tetap baik dan menyenangkan hehehe..

  4. PBP dibagi 4 stage atau 4x 300km, stagenya sbb : 1. Paris ke Fougeres km 292. 2. Fougeres ke Brest km 604. 3. Brest ke Fougeres km 927. 4. Fougeres ke Paris km 1.200.


Tentunya pemilihan strategi ini bukan salah benar tetapi bagian yang menentukan kita mau outcome result dari ridenya seperti apa. Dalam hal eksekusi strategi kami kemarin di PBP, kami mendapatkan pengalaman yang sangat menyenangkan, jauh lebih mudah dari ekspektasi awal gowes 1.200km di luar negeri yang penuh ketidakpastian dan tidak familiar. Kami menikmati sekali setiap moment interaksi dengan peserta lain dari seluruh dunia, mendapatkan teman baru dari berbagai negara. beramah tamah dengan penduduk setempat. berhenti untuk menikmati keindahan alam Perancis dengan bentang alam natural, udara yg segat, langit penuh bintang di malam hari dan setiap momen kecil namun penuh makna yang kami bawa kedalam ingatan sebagai harta berharga pada saat tua nanti sudah tidak bisa berpetualang lagi.


Budget Total dan Detail

Ini bagian yang jadi pertimbangan banyak orang untuk melakukan perjalanan bersepeda jarak jauh bahkan sampai keluar negeri. Selain biaya perjalanan juga ada biaya investasi peralatan dan perlengkapan serta logistik. Selain itu biaya persiapan (brevet kualifikasi) dan lainnya. Namun dalam konteks tulisan ini kita bahas biaya mengikuti PBP nya saja ya agar kita bisa merencanakan pembiayaannya, selain menabung jauh-jauh hari, bisa juga mulai belajar mencari sponsorship, topik yang ini bisa kalian tanyakan langsung ke saya ya kalau mau mendalami.


Berikut panduan budgeting untuk mengikuti PBP 2023 (menggunakan kurs 1 Euro = Rp 17.000,-) :

  • Pendaftaran 190 Euro = 3.230.000

  • Tiket Pesawat (kita ambil harga tengah) : 20.000.000

  • Penginapan sharing apartemen 12 hari : 3.800.000

  • Transportasi bandara (pergi & pulang) 150 Euro = 2.550.000

  • Makan selama di Paris = 5.000.000

  • Transportasi Lokal = 1.000.0000

  • Souvenir & oleh-oleh = 2.500.000

  • Cadangan = 2.000.000

  • TOTAL = 40.080.000

Tentunya harga ini hanya patokan saja, bukan realisasi biaya saya kemarin, ini dimaksudkan untuk memberi gambaran besarannya. Realisasinya bisa lebih murah, bisa juga lebih mahal. Harga tahun 2027 pada saat PBP berikutnya sangat tergantung dari inflasi dan harga bahan bakar pesawat (komponen harga terbesar). Karena masih ada 4 tahun lagi, teman-teman bisa mulai menabung kira-kira dengan 1 juta sebulan, nanti lama-lama kekumpul juga dananya...akhirul kalam soal budget ini, semoga semua yang baca diberi rejeki yang cukup untuk bisa berangkat PBP 2027, aamin.


Tips biar bisa finish PBP 1.200 km !!

  1. Yakin bisa finish !!

  2. Jangan Manja !!

  3. Bekali diri dengan pengetahuan tentang PBP, pelajari peraturan, rute, dan informasi lainnya tentang PBP dari berbagai sumber !!


Tulisan ini masih berevolusi, jika ada topik yang ingin di-cover tolong beri masukan di kolom komentar atau dm melalui contact chaidir.office@gmail.com / instagram @chaidirakbar, merci beaucoup.


Last but not least, berikut nama-nama peserta Indonesia di Paris Brest Paris 2023 (sumber Audax Randonesia)



647 views0 comments

Recent Posts

See All

Commenti


Post: Blog2_Post
bottom of page