top of page
  • Writer's picturechaidir akbar

Audax 600 Jogja // Road to PBP 2023

Updated: Mar 7, 2023

Chapter 1 : Traveling to Jogja // 26-27.01.2023

========================

Last minute ngajak semua orang berangkat ke Jogja sekalian anak-anak liburan yang rencana berangkat pukul 18:00 mundur jadi pukul 21:00 sambil menyelesaikan packing kilat buat liburan 4 hari di Jogja. Janjian sama Mariska kalau bisa convoy tapi kagok edan jalan tol ternyata malam hari kerja trafficnya masih macet juga selepas turun dari Jalan Layang MBZ. Sampai di rest area km 166 saya berhenti bentar untuk ngilangin ngantuk, Mariska kasih kabar kalau bannya bocor dan dia berhenti di tukang tambal ban truk di parkir rest area khusus kendaraan besar. Ternyata ban mobilnya sobek dan harus diganti dan kebetulan banget di tukang tambal ban ada ban bekas dengan ukuran yang mirip namun tidak sama, okelah gasskeun dah jam 1 pagi mau cari dimana pula ban pengganti, segala opsi dipikirin termasuk melipir ke cirebon kota besar terdekat, namun akhirnya gasskeun aja pelan-pelan sampe Jogja. sekitar pukul 08:00 pagi saya baru tiba di Klaten mampir sarapan soto mbok Giyem yang terkenal. Lanjut perjalanan melewati komplek candi Prambanan kita putusin mampir karena anak-anak belum pernah. Di Candi kita sewa jasa tour guide bernama Pak Haruto untuk menjelaskan tentang sejarah candi ini dan ternyata beliau juga tau angle-angle foto yang cakep jadi sangat membantu juga dapet fotografer pribadi disini.



Lanjut janjian makan siang di Sate Pak Pong Pusat di Jalan Jejeran Jetis dan disana makan siang sama Geng Audax Jakarta, Xtin, Arif dan Asti, Riza, Wirbuk, dll.


Selesai makan siang menuju Hotel untuk checkin dan istirahat setelah long trip Jakarta-Jogja. Pukul 17an meluncur ke Jogja National Museum (JNM) yang jadi lokasi race central dan pengambilan race pack. Ternyata JNM sudah berbeda dari tahun sebelumnya waktu ikutan Audax 200 Jogja 2022 yang merupakan Audax pertama Mariska. Di JNM ketemu Oi yang lagi jadi volunteer racepack. Tak lupa mampir ke booth strasse, foto di backdrop Audax dan ditutup dengan makan malam Serasa by Nanduto di JNM Bloc yang bikin kita return order setelah finish.

 

Chapter 2 : Audax 600 // 28.01.2023

========================

START ⏰ 5:10📍 km 0

Sekitar pukul 4:40 kami meluncur dari hotel di Melia Purosani kearah JNM yang berjarak 2,2km, sambil menikmati sedikit keheningan kota Jogja yang biasanya hiruk pikuk di hari sabtu saat turis-turis meramaikan jalanan. Tiba di JNM sudah ramai para pesepeda antri masuk untuk persiapan start, ketemu sama Anita, Xtin dan Munir yang liat sepeda saya komen : itu bawa apa aja a? (ngeliat sepeda bawa tas-tas di depan dan belakang) kemudian saya jawab "ini bawa baju ganti euy mau nginep ntar malam hehehe". Munir ini termasuk bagian dari pesepeda express minimalis yang mau namatin Audax 600 dalam waktu secepatnya tanpa istirahat bobok, jadi wajar aja kalau bawaannya juga minimal biar lebih enteng. Sementara untuk Audax 600 ini saya sudah merencananan bakal bobok di hotel didaerah Banjarnegara km 313.


Jam 5:10 cloc-in strava lalu bergerak bersama banyak teman-teman lain ada rombongan teh Dina n geng Bogor dan lain-lain. Kita sempat mimpin rombongan peloton Arif n Asti, Wirbuk, Wira, dll disaat keluar dari Jogja mengarah ke Klaten.

Jalan menuju Klaten masih flat jadi kita mulai disusul beberapa peloton lain, ada peloton Dok Irun yang lewat, Bu Fero, dll akhirnya bergabung jadi peloton besar. Yang saya ingat kita sempat berhenti sejenak untuk membetulkan lampu belakang Mariska yang dipasang di seat stay posisinya melorot, selain itu gak ada kendala lainnya di segment ini.


CP 1 ⏰ 7:21📍km 51


Sampai di CP1 daerah Boyolali semua masih bareng dan disana ketemu dengan Mas Tri. Lanjut ke Salatiga, jalanan mulai nanjak tipis melewati perkampungan & hampir memutari Rawa Pening.


Disegment ini mulai kebentuk peloton baru, Mas Tri dan Wira join serta gabung dengan group ko Rudy, Mas Agos dan bu Fero, sedangkan yang lain terpisah ada yg tasnya kebuka, ada yg bannya pecah dll, kalau di Audax biasa aja pisah sambung kecuali mungkin dah komit sama orang tertentu untuk bareng terus sampai finish, selain itu sih bebas aja jangan baperan yaaa.


km 59 tanjakan mulai muncul di Garmin dengan pembuka sepanjang 1,9km dengan gradien 3% pas banget buat pemanasan. Berlanjut di km 62,5 sepanjang 1,8km dengan grade sama 3% lanjut 3,9km di 3% dan ditutup tanjakan arah Bawen sepanjang 624m dengan grade 6%. Setelah itu belok kearah rawa pening menuju CP 2.


CP 2 ⏰ 9:15 📍km 104


Di CP2 bertemu kembali dengan beberapa teman dan saya sempat beli kue lekker yang dijual di gerobak depan minimarket. Setelah itu jalur menuju arah Temanggung dan 3km dari CP sudah mulai bertemu tanjakan 4,2km dengan kemiringan 5%, dijalan bertemu beberapa teman dari Jogja yang tampak solid gowesnya. Memasuki kota Temanggung sudah turun hujan dan makin deras. Bertemu tanjakan 4% di km 134 dan 139 sebelum tanjakan panjang di km 144 sepanjang 13,3km gradien 5% yang merupakan queen stage dari Audax 600 kali ini (mengambil istilah di TdF, titik tertinggi di sepanjang race). Sebelum sampai puncak Kledung sempat berenti sebentar di minimarket untuk toilet break dan minum, kondisi masih hujan tapi kita belum pengen pakai jaket. Di segment tanjakan ini ketemu dengan om Gowes Happy sempat bareng sebentar namun pairnya tampak berhenti karena kesulitan mau makan soyjoy saat nanjak jadi om Gowes Happy terpaksa stop dan menunggu. Bagian rute ini mengingatkan sama tanjakan ke Mang Ade, puncak tertingginya mirip-mirip di ketinggian 1.400an meter, namun di Kledung ini datarannya lebih luas, sehingga view perkampungan di ketinggian terlihat lebih membentang. Kledung diapit oleh Gunung Sindoro (3.135 mdpl) dan Gunung Sumbing (3.371m) yang tampak megah sebagai latar gowes siang itu. Tiba di CP 3 yang berbentuk restoran kami putuskan tidak stay untuk makan namun lanjut saja agar turun dalam kondisi badan masih panas untuk mengurangi potensi gemetaran saat turun.

Fun Fact : di Kledung dengan jarak 159km akumulasi tanjakan sudah 2.600 m.


CP 3 ⏰ 12:56📍km 159


Sebelum turun gunung kita pakai jaket dahulu untuk menahan angin dan berdoa untuk diberi keselamatan. Selepas CP masih ada dataran sampai bertemu gapura memasuki wilayah Wonosobo, lalu mulai jalur turun yang panjang dan hujan makin terasa deras karena kecepatan bertambah hingga saya putuskan untuk nambah perlindungan jaket windbreaker di dobel dengan jas hujan plastik. Jalan terus turun sampai ke CP4 namun kita gak bisa terlalu kencang dan harus waspada karena bisa saja ada lobang di jalan yang tidak terlihat, kesalahan sedikit saja bisa fatal.


CP 4 ⏰ 15:12📍km 212

Tiba di CP ini seneng banget karena perut sudah berdisko dan pas banget di sebrang CP kita lihat ada warung makan. Disini pula kami mendengar kabar kalau bro Anita Fiu terjatuh saat turunan dan sudah dievakuasi ke Rumah Sakit. Saya sempatkan telpon Anita dan memeriksa kondisinya, fork sepeda Dogma F barunya patah di dua sisi, namun syukurnya tidak ada tulang ditubuh Anita yang patah, hanya luka-luka luar dan memar di tulang belakang.



Diwarung ini kita makan Soto, Nasi Telor Dadar dan Ketupat Tahu sambil charge handphone lalu sholat jama qashar.


Start dari CP4 rame-rame sama rombongan Evelyn, Bruce, Calvino, Xtin, Abah Usman, Dok Ayu dan Dok Irun. Suasana sore di pesawahan dan rintik hujan yang sudah berhenti menambah semangat untuk menaikan kecepatan gowes hingga disatu titik hanya bersisa 3 orang, Saya, Mariska dan Bruce. Dari titik ini Bruce memutuskan menunggu rombongan yang lain dan kami melanjutkan perjalanan kembali.


Sebelum tiba di CP5 kita dihadapkan satu tanjakan 6% dengan panjang 1,9 km yang rasanya lumayan kencang kita lahap.


CP 5 ⏰ 18:00📍km 260


Tiba di CP5 ketemu kembali sama om Gowes Happy dan terlihat rombongan Ko Rudy dan bu Fero sudah mau jalan dan kami putuskan langsung jalan bareng mereka karena kondisi sudah mau gelap sehingga akan lebih nyaman dan aman kalau melewati gelap bersama-sama. Sebelum masuk ke menu utama malam ini kita bertemu lembah dan bukit-bukit kecil yang tidak terbaca sebagai climb di Garmin lalu jalur jalan yang menyempit diantara kebun dan sesekali rumah penduduk. Disatu titik saya sedang memimpin jalan didepan namun salah membaca jalan, saya belok kekiri padahal jalan harusnya ke kanan baru kekiri, sehingga saya reroute dan tertinggal jadi posisi di belakang. Dari sini kami tertinggal dengan rombongan Ko Rudy dan gowes berdua lagi sampai bertemu dengan dua orang Bogor lalu kami ikut nebeng sebentar. Pukul 19:20 kami putuskan berhenti untuk mengisi perut di warung karena situasi malam kita tidak tahu apakah akan ada warung lagi setelah memasuki jalur tanjakan didepan, selain itu bagus juga untuk mengisi batere tubuh karena di CP sebelumnya kita tidak istirahat sama sekali. Memasuki km 293 Garmin mulai menginformasikan next climb dengan jarak 8,9km dan elevasi 6%, secara data tampaknya tidak sulit namun yang tidak kami duga kalau tanjakan miringnya ada di 2km awal. Benar saja dari kejauhan kami sudah melihat sorot lampu yang bergerak pelan, ternyat itu sorot lampu dari peserta lain yang sedang mendorong sepedanya. Ketika dijalani masyaallah ketemu juga tanjakan lebih dari 20% setelah 290km lebih gowes, disinilah ego muncul, pokoknya gak boleh nuntun, gasss terus.. tentunya setelah memastikan Mariska akan ada teman nuntun bareng dibelakang hehehe. Gass ditanjakan ini jadinya kurang gagah dari awal udah zigzag manfaatin lebar jalan supaya bisa "flatten the gradient" sekalian hemat tenaga juga coy apalagi kali ini bawa sepeda alu yang berat kosongnya sudah 10kg ditambah bawaan di dalam tas-tas sepeda. Sesekali melirik kebelakang nyala lampu front light Mariska makin jauh, suasana makin senyap karena sendirian menyusuri tanjakan ditengah hutan ini. Diujung tanjakan miring ini ternyata ada warung dan ketika sampai teman-teman Jogja, Datya, Rombongan Ko Rudy semua sudah selesai istirahat dan akan melanjutkan perjalanan. Melihat itu saya gak jadi berhenti menunggu Mariska namun meneruskan perjalanan bareng mereka karena segment tanjakan masih belum selesai. Badan yang mulai lelah dan fatigue yang terakumulasi membuat tanjakan ini terasa lebih berat dari datanya di Garmin, saya sedikit merasa ada kompetisi diantara teman-teman malam itu, berulangkali saya saling susul dengan salah satu peserta hehehe.. Sisa segment ini diakhiri dengan turunan panjang 10km menuju Banjarnegara.


CP 6 ⏰ 22:21📍km 312


Saya tiba lebih awal dari Mariska di CP6 ini, setelah melakukan checkin di CP saya lanjut mencari makanan untuk dibawa ke hotel, ketemu tukang martabak dan memesan satu martabak telor dan satu martabak manis dibungkus, sambil menunggu martabak jadi saya sempatkan minum susu jahe yang menyegarkan tubuh.


Dalam pembahasan persiapan Audax ini kami sudah merencanakan untuk melakukan break panjang untuk bersih-bersih dan tidur di hotel dan kami pilih hotel di km 313 yang lokasinya dekat denga CP6, informasi ini sudah kami sampaikan ke beberapa teman Mas Tri, Riza, Evlyn, Mandala, Bruce dan Calvino yang semuanya tidur di hotel yang sama. Di hotel saya sempat mencuci sepeda dan re-lube rantai biar besok seperti hari yang baru. Strategi berhenti lama di km 300an ini membuat mindset kami di Audax 600 ini seperti melakukan 2 x gowes 300km, ketika memulai 300km kedua kondisi badan sudah segar dan siap menyambut tantangan baru. Benar saja kami semua memulai perjalanan bareng sekitar pukul 03 pagi dan kecepatan langsung tinggi dipimpin oleh Bruce yang sepertinya enak banget istirahatnya, sampai sekitar 30 km kemudian ada teriakan dari belakang ternyata Evelyn mengalami ban bocor dan Bruce balik arah menemani Evelyn lalu kami berdua melanjutkan perjalanan menuju CP7.


CP 7 ⏰ 4:40📍km 364


Saat kami tiba di CP 7 banyak peserta tergeletak tidur baik di minimarket lokasi CP maupun di emperan ruko disamping CP. Saya sempat videokan mas Donny Adhika dan rombongan Laler CC yang masih khusyuk dalam tidurnya.


Setelah CP 7 ini tidak ada tanjakan lagi di Garmin sampai dengan nanti di km 583 menjelang masuk kota Jogja. Jalanan cenderung flat hanya ada rolling pendek saja. Melintas kota Purbalingga dan Purwokerto, matahari mulai terbit dan aktifitas masyarakat mulai berjalan. Disini kami berpapasan dengan Dok Irun dan Dok Ayu lalu ketemu kembali untuk sarapan di CP 8.


CP 8 ⏰ 06:45📍km 407

Minimarket yang menjadi titik CP 8. belum buka dan kami hanya check in sebentar lalu lanjut, namun tak jauh ada warung bubur buka dan kami putuskan untuk sarapan dulu. Disini ketemu dengan kang Dandy, Pak Tri dan Lutfi dari Bogor, lalu sebelum kami berangkat Xtin dan Kiting tiba untuk gantian sarapan.

Selanjutnya di segment ini jalan sedikit rolling tanpa tanjakan berarti namun matahari naik lebih cepat dan panas mulai menyengat, gak ada kejadian istimewa yang bisa diingat.


CP 9 ⏰ 9:40📍km 464

Tiba di CP 9 kami ngadem agak lama, makan es krim dan Mariska sempetin telpon mamanya dan kami sempat video call bareng karena aku kenal mamanya yang merupakan teman baik keluarga di Bogor. Kami berdua lanjutkan perjalanan duluan, sementara yang lain masih istirahat.

Didepan sudah menanti the infamous jalan Daendels atau jalan raya Pos yang dibangun di tahun 1808 pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Herman Willem Daendels. Jalan Daendels membentang dari Anyer sampai Pamanukan sepanjang 1000km yang dibangun untuk mempermudah pergerakan militer dan logistik daerah perkebunan di selatan Jawa. Jalan ini memiliki reputasi yang mencekam dikalangan pesepeda karena jalurnya yang lurus panjang dan kosong sehingga angin bisa datang dari berbagai arah, headwind, crosswind dan sangat jarang dapat tailwind. Benar saja memang jalur ini menguji fisik dan mental, di km kritis dan panas yang menyengat, bidon pun lebih cepat mengering hingga kami memutuskan untuk cari warung yang menjual minuman dingin. Setelah meneguk masing-masing 2 gelas Es teh manis kami lanjutkan perjalanan yang panjang menuju CP 10.


CP 10 ⏰ 12:23📍km 519

Menjelang akhir jalan Daendels kami bertemu kembali dengan om Gowes Happy, ketika kami akan pergi meninggalkan CP beliau tiba. Lanjut menuju Bandara Jogja yang baru di Kulon Progo, saya yang sudah bosan meminta Mariska narik didepan dan pas banget ada fotografer lewat untuk mengabadikan moment tersebut jadi ada bukti yeee. Sebelum tiba di CP terakhir kami sempat berhenti sebentar untuk makan di angkringan.




CP 11 ⏰ 15:09📍km 567

Kejadian di CP sebelumnya terulang kembali ketika kami hendak melanjutkan perjalanan, om Gowes Happy tiba lalu kami bersapa dan jalan duluan. Sisa 33km menuju finish sepertinya mudah, namun masih ada 1 tanjakan yang juga masuk sebagai tanjakan di Audax 200km tahun lalu, namanya tanjakan Serayu panjangnya 2,3km dengan gradien 4% setelah itu sedikit rolling sebelum memasuki Jogja. Diujung tanjankan ini ternyata ada CP bayangan, lokasi yang sama tahun lalu kami sempat foto disini.


Memasuki kota Jogja kami mulai membayangkan makanan yang menanti di finish nanti.


FINISH ⏰ 16:59📍km 600

Elapsed Time : 35:48:34

Moving Time : 25:50:41

Avg Speed : 23,2 kpj

Powered by : Herbalife Nutrition Indonesia


Misi ini SUKSES mengantarkan Mariska ke posisi finish jauh dari COT dan ujian pertama untuk prasyarat BRM Paris Brest Paris telah terpenuhi, masih 3 lagi otewe.


Equipment List :

🚲 Trek Checkpoint ALR 5

Shimano 105 Mechanical

Crank 50-34

Sprocket 11-34

Wheelset Bontrager Aeolus V37 Gravel

Tyre Maxxis Pursuit 32c

👕 Subjersey 05AM Series

😎 Oakley Sutro Lite Sweep

👟 Bontrager XXX

Navigation : Garmin Edge 1040 Solar

backup : Garmin Fenix 7x Solar

Lighting : Blackburn 800

Bag : Sekayuh

Lube : Strasse

Ketemu lagi sama om Gowes Happy di finish, katanya dia coba ngejar kami dari CP terakhir namun gak dapet hehehe..


Woman of the Audax kali ini Evelyn yang sempat jatuh dan masuk RS namun memutuskan untuk menyelesaikan 600 km dan berhasil tiba sebelum cut off time, daya juang mu sungguh luar biasa beb. Disini saya dan Mariska sudah pulang ke Hotel n bersih-bersih jadi kita cakep berdua hehehe.


Chapter 3 : Post Audax 600 // 30.01.2023

======================

Pagi setelah Audax saya menghabiskan waktu di hotel dan menikmati suasana liburan bersama keluarga, kami sarapan di kolam lalu menghabiskan hari itu dengan bersantai di kamar. Pukul 03 sore kami checkout dan kembali ke Jakarta melalui jalan darat.


Pelajaran dari Jogja Trip kali ini :

  1. Jakarta-Jogja ini pilihan transportasinya agak tricky, bawa mobil sendiri keluar tolnya menuju kota Jogja masih jauh bisa abis waktu 2 jam kalau ketemu waktu yang gak pas. Naik pesawat bandaranya jauh, dari bandara naik kereta tapi jadwalnya masih renggang jadi waktu tunggunya lama, dari stasiun kereta bandara harus naik taksi lagi ke hotel. Opsi lain naik kereta dari Jakarta, ini tampak ideal andai sepeda utuh bisa masuk kedalam keretanya.

  2. Jogja National Museum yang jadi race central Audax kondisinya makin cantik dan ciamik, banyak booth makanan dan ada music performance yang menambah skor untuk mengukuhkan JNM sebagai venue terbaik untuk Audax.

  3. Pakai sepeda berat ban lebar itu hati tenang tapi effort lebih besar untuk jaga kecepatan yg sama dengan sepeda ringan ban kecil hehehe.

  4. Ternyata beneran enak tidur dihotel kala mengikuti Audax, bagi saya ini pengalaman pertama dan memang setelah istirahat yang proper badan jadi segar dan sisa perjalanan tetep sama beratnya hahaha..

  5. Daendels itu hebat juga bikin jalan lurus dari tahun 1800 sampai sekarang masih sepi-sepi aja, niat banget anaknya.


322 views0 comments

댓글


Post: Blog2_Post
bottom of page