top of page
  • Writer's picturechaidir akbar

Audax 400 Solo // Road to PBP 2023

Updated: Mar 9, 2023




Day 1 : Traveling to Solo // 24.02.2023

=========================

Solo bisa diakses dari Jakarta melalui banyak cara, bisa jalan darat menggunakan kendaraan pribadi atau umum atau bisa juga rental car, waktu tempuh bervariasi antara 8-10 jam, pilihan lainnya Kereta waktu tempuh bisa lebih cepat 6 jam namun sepeda harus arrange dengan transportasi lain, kali ini saya pilih jalur udara karena lebih cepat dan memang mau short trip aja di Solo Audax kali ini, flight Jumat pkl 11:15 dan sudah kembali hari Minggu pkl 13:15 dengan pilihan maskapai Batik air yang jadwalnya paling pas untuk berangkat dari Halim.


Chaidir, Erfin, Mariska di Bandara Halim Perdanakusumah

 

Ternyata jadwal flight tersebut ketemu beberapa temen, salah satunya Erfin senior di ITB dan juga panitia Anniv Tri 2023 yang ikut kategori 100km bersama suami dan sepupunya.


Setibanya di Solo kontekan sama om Yoyo yang merupakan cyclist handal dan strong buat janjian lunch karena sejak di Jakarta dah diniatin kalau makan siang mending di Solo sekalian kulineran. Di bandara Solo kita sewa Innova dari booth Golden Bird dengan durasi 6 jam untuk nganter selama di Solo dari siang sampai malam. Lokasi bandara di Solo ini dekat sekali dengan kota dan dekat dengan lokasi race venue Audax di Ramada Hotel, sedangkan saya nginep di Alana yang jaraknya kurang dari 2km dari Ramada. Jadi kita check in dulu di hotel sambil unpack sepeda di kamar. Mariska titip sepeda di rombongan Cibubur yang mengirimkan sepeda menggunakan jasa Herona dan di kirimkan ke Ramada. Kalau saya pilih bawa di pesawat dengan extra cost jika menggunakan Batik bayar Rp 200.000,- untuk bagasi sepeda, jadi pp kena Rp 400.000,- kurang lebih lebih murah daripada kirim menggunakan Herona, ya ada procons-nya, tapi kalau saya sudah biasa traveling pakai bikebox dan menggunakan bikebox yang ringkes jadi proses pack dan unpack cuma bentar gak sampai 10 menit.

Packingan sepeda oleh HERONA - fullbike di wrap dengan bubble dan kardus

 

Makan siang jadinya di lobby hotel karena menurut informasi dari om Yoyo, Sate Kambing pak Mardi yang merupakan creme de la creme Sate Kambing Solo sudah last order namun berkat orang dalam kita masih bisa dapat 4 porsi sate buntel dan buntel garang masak, asli ini beda banget dari sate biasanya, maknyoss banget. Kita undang juga Evelyn dan Mandala untuk join menikmati menu istimewa ini.


Selesai makan kita ke Ramada untuk pengambilan racepack sekalian angkut sepeda Mariska yang di drop di Ramada. Hotel Ramada ini milik om Hartono Hosea salah satu pesepeda yang juga sering mengikuti event Audax, namun kali ini si om tidak ikut tampaknya ada kesibukan lain. Hotel Ramada ini cukup luas dan memiliki kamar-kamar villa dan dibagian belakang ada taman yang dijadikan race central Audax. Di Audax pengambilan RPC cukup simple, kita tinggal scan barcode untuk cek no lomba lalu ke meja registrasi untuk ambil Brevet Card (benda paling penting yang kita bawa selama Audax), no peserta yang ditempel di sepeda, cycling caps audax solo, dan reflektor.


Di race central sempetin mampir ke booth Strasse untuk ambil minyak rantai baru yang packingnya sebesar tetes mata, cocok banget buat dibawa audax karena gak nambah berat signifikan dibanding normal packagingnya. Ketemu Xtin yang abis kerja volunteer sejak hari Kamis dan keliatan lagi laper disini.

Gak lupa ambil foto dulu di backdrop Audax sebelum pergi buat bahan posting dan ketemu sama temen-temen Audax dari berbagai Kota.


Selanjutnya mumpung di Solo sempetin deh mampir ke Toko Lari2id yang baru saja buka dan cek koleksi perlengkapan lari dan sepeda mereka. Disini janjian sama Evelyn, Mandala, Calvino dan Bruce. Pulang bawa bidon Polar favorit yang bisa nyimpen dingin agak lama apalagi kalo cuaca pas lagi terik selepas dari checkpoint siang-siang.


Lokasi lari2id di Jl Honggowongso Solo ini terhitung sebelahan sama salah satu kuliner Sate Kambing & Tengkleng terkenal yaitu Pak Manto, jadilah kita early dinner disini.

 

Day 2 : Ride Day // 25.02.2023

====================

Pernah kan ngalamin kalau mau ikut race atau event malamnya kita jadi susah tidur? wajar banget kalau begitu, makanya persiapan gw kalau mau event di H-2 & H-3 usahain dapat tidur yang cukup durasinya dan baik kualitasnya. Planning di depan jaga-jaga kalau H-1 tidur di kasur dan kamar yang gak familiar jadi kurang bagus kualitas tidurnya.


Pukul 4:30 kita sudah meluncur ke Ramada kali ini saya pakai Trek Madone dengan simple setup pakai top tube bag untuk bawa Strive gel, powerbank, tetes mata, Brevet Card. Saddle bag diisi tool kit, ban dalam 2, pompa elektrik. Bawaan lain di cargo bib dan jersey T/A/G dari Subjersey.


Tiba di Race Venue taunya kita ada diantrian pertama, saya sempetin dulu pompa ban sepeda dan kali ini pakai ban ukuran 25 yang di pompa agak keras 90 psi untuk menghindari snake bite akibat nabrak lubang-lubang di jalan.


START ⏰ 5:03 📍km 0


Gemolong/Purworejo

Start jam 5:03 keluar hotel Ramada berbelok kearah kiri melewati Alana masuk jalur jalan kecil dan sempet kebablasan namun Garmin Edge 1040 yang sudah dilengkapi dengan rute Audax Solo untuk Navigasi kasih alert, emang awal-awal biasanya belom biasa cek rute di Garmin apalagi kalau keenakan gowesnya. Rute Audax ke arah Sragen namun gak langsung lurus tapi ke arah barat, lalu ke utara kemudian ke timur menuju Sragen. Km 26 sudah ketemu tanjakan average 8% berjarak 1,9km. Syukur tanjakan termiring adanya diawal rute, tapi kita gak nyangka juga sih di km belakang ada seri tanjakan yang mengejutkan. Di tanjakan ini beberapa fotografer berjaga dan badan yang masih segar membuat tanjakan ini aman saja dilewati, namun ada satu bagian yang aspalnya rusak harus hati-hati sekali melewatinya.


CP 1 ⏰ 7:05📍km 51


Karangpandan // Di CP 1 kita berhenti cepat saja, bidon satu masih penuh dan belum banyak orang yang tiba disini. Ketemu dok Ayu dan beliau memutuskan bareng kita lepas dari CP1. Menuju Sragen jalannya masih enak hanya rolling pendek-pendek cenderung flat. Mulai nanjak halus di km 80an dan pemandangan jadi makin bagus, ketemu beberapa waduk dan beberapa fotografer berjaga di spot-spot cakep. Km 91 sd 101 muncul 3 climb di Garmin 1.1 km- 5%; 1,5 km-4%, 4,9km-5%. Disinilah titik elevasi tertinggi dari Audax Solo yang gak begitu tinggi hanya 620 mdpl, gara-gara data ini juga Mariska memutuskan gak bawa jaket, sebagai gantinya bawa ban luar persiapan kalau ban sobek refer ke kasus Arif di Audax 600 Jogja bulan Januari lalu.


Selfie didepan waduk Botok - mungkin khasiat airnya disini baik untuk mengencangkan kulit muka :)

 

CP 2 ⏰9:34 📍km 103


Karangdowo // Rute mengarah ke Sukoharjo dengan elevasi minus dapat turunan panjang menyenangkan, jadi disini kita tambah gass dikit sampe Mariska dapat QoM di segment 7km dengan avg speed 38 km dan laps di Garmin sampai 40kpj. Di segment ini mas Tri yang mulai duluan dari CP2 ketemu ditengah jalan jadi gabunglah kita jadi Trio. Di segment ini pemandangannya bagus, ada satu ketika masuk ke hutan karet suasanyanya adem dan menikmati banget bagian ini. Kalo kata Mariska sih disini karena kita agak ngegass dan cuaca mulai panas bidonnya abis lebih cepet dan jadinya kelaparan hahaha.. pas tiba di CP 3 kita putusin rest agak lama buat Isoma karena bentar lagi masuk waktu zuhur. Kondisi ini kontras ama di Jogja dimana kita baru istirahat dan makan siang jam 3-an di km 212 setelah menyelesaikan turunan panjang dari titik elevasi tertinggi di 1.500 mdpl.



CP 3 ⏰ 11:36 📍km 156


Start bertiga lagi sama mas Tri ke arah Wonogiri, menuju waduk Gajah Mungkur, Waduk yang dibangun pada periode 1976 ini membendung sungai terpanjang di Jawa yaitu sungai Bengawan Solo. Dampak dari pembangunan waduk ini, sekitar 41.369 orang warga yang tinggal di 45 desa di 6 kecamatan di Wonogiri pun harus dipindah. Sebagian besar kemudian mengikuti program transmigrasi ke Sumatera. Diakhir segment ini ketemu dengan satu tanjakan di km 200 sepanjang 3km dengan gradien 5%. Ujung tanjakan ini berakhir di CP4 sisi kanan jalan berupa minimarket disamping pom bensin. Disini panas terakumulasi dan saya berdiam lama didalam minimarket untuk menurunkan suhu tubuh. Mariska meluangkan waktu untuk sholat. Sebelum tanjakan Mas Tri tertinggal namun kembali ketemu di sini.


CP 4 ⏰14:37 📍km 210


Lepas dari CP4 ini cuaca berubah mendung dan mulai turun gerimis kecil namun belum hujan, syukur banget karena suhu jadi turun dan semangat gowes jadi lebih tinggi. Menariknya di segment ini akan bertemu jalur panjang rolling Pracimantoro yang dimulai dari km 244. Belum sampai di Pracimantoro, Mariska terlihat agak gembos, ini karena di CP3 ketoprak yang jadi menu makan siang gak dikonsumsi dengan penuh dan tampak agak bonking, jadilah misi mencari tempat makan yang ENAK dan COMFORTING di perut. berbagai jenis warung dan restoran kecil dilewati belum ada yang sreg, sampai melihat disisi kanan jalan ada restoran berjudul Sop Daging dan ada 2 mobil parkir makan, mungkin saja ini resto pilihan warlok yang sering lewat jalur ini.


Disini makan nasi sop buntut, sop daging, telor dadar, kerupuk 3 dan minum soda gembira, lanjut gowes dengan gembira

 

Jalur lintas selatan membentang dari Banten, Jabar, Jateng sampai dengan Jatim dengan panjang mencapai 1.500 km, pembangunan JLS ini dimaksudkan untuk membuka wilayah selatan Jawa yang masih tertinggal dari pembangunan dibandingkan jalur utara yang telah ramai. JLS ini surga bagi yang mau touring baik menggunakan kendaran bermotor maupun sepeda, jalurnya luas, kondisi jalan mulus dan cukup berpenerangan. Disini kami melewati JLS dibagian Pracimantoro yang dikenal dengan jalanan yang membelah bukit kapur. Saat kami lewat menjelang maghrib banyak warga lokal anak-anak muda nongkrong dengan tunggangan motornya. Di Pracimantoro tanjakan dan turunan dapat terlihat sampai jauh, suasananya cukup unik banyak yang membandingkan dengan jalanan di Nevada, Amerika Serikat. Disini kita mengalami headwind yang cukup kencang jadi waktu dapat bonus turunan pun kecepatan tidak maksimal karena terhadang dengan hambatan angin.


CP 5 ⏰17:43 📍km 258


Manyaran // Di CP ini kami stop tidak lama dan sempat bertemu sama beberapa orang tim Lalercc, mas Yuan, Ferdi, Pandu, Pak Bhaskoro.


Kami hanya berhenti sebentar untuk isi bidon dan melanjutkan perjalanan. Sebetulnya CP 5 ini letaknya ditengah tanjakan panjang 11,4 km dengan gradien 3% yang dimulai dari Pracimantoro. Sisa 3 km tanjakan dilahap setelah CP sampai bertemu kembali dengan seri tanjakan maut mulai dari km 265.

Saya bilang maut di tanjakan segment ini bukan tak beralasan. Disinilah lokasi terjadinya beberapa kecelakaan pada peserta Audax Solo ini, Xtin, Mas Tri, Dok Diana, dll. Cuaca hujan, udara dingin, gelap malam, peserta mulai mengakumulasi fatigue dan konsentarasi serta fokus mulai berkurang. Banyak yang bilang Audax Solo itu berat dan klimaksnya ada di segmen ini. Panitia yang berjaga di CP5 sudah mewanti-wanti kita untuk hati-hati karena kondisi jalanan yang kurang baik dan banyak tanjakan serta turunan curam. Disini bergabung salah seorang peserta dari Tarakan yang kalau ditanya hanya menjawab : ini saya yang dari Tarakan, sampe saking penasarannya kita cek di Strava bahwa beliau bernama Ferdi Hutahaean hehehe.


Menurut data di Garmin ada 5 tanjakan di segment ini :

  1. 4km average gradien 3%

  2. 772m average gradien 6%

  3. 3,5km average gradien 5%

  4. 2,4km average gradien 6%

  5. 3,5km average gradien 3%


Kalau liat data ini ya total cuma 14km nanjaknya dengan gradien yang gak terlalu horror, eitt tunggu dulu ferguso, tadi dah dijelasin kondisi cuaca dan jalanan malam itu. Alhasil pas nanjak dan ketemu tanjakan yg terlihat super miring, Mariska mulai ngadat gak mau digowes mending tuntun aja daripada keram, jadinya saya duluan dan nunggu diujung tanjakan aja karena gak suka nuntun. Trus pas ketemu turunan bukannya seneng bisa cover waktu yg melambat pas nanjak tadi tapi gak bisa dikebut juga, seyyem, ada beberapa turunan yang saya minta Mariska didepan supaya saya bisa awasi dia dan saking curamnya tuh turunan rem dah dipencet penuh sekuat tenaga, ban belakang masih skidding, ini terjadi beberapa kali. Syukur alhamdulillah kami berdua bisa lewatin ini dengan selamat.


CP 6 ⏰ 20:55 📍km 304



Di CP 6 kami berhenti agak lama sekalian makan malam dengan bakso bareng mas Yuan dan temen-temen laler, baksonya enak banget, abang baksonya juga sangat talkactive bun, menambah kehangatan dimalam yang dingin. Disini saya ganti kaos kaki baru dan sempatin bersihin rantai lalu re-lube dengan strasse yang dibeli di race central. Di jalan bertemu 2 orang pesepeda dari pekalongan yang saya ingat bernama mas Seger (nama aslinya katanya hehehe). Di segment ini kita menuju Jl Raya Jogja-Solo, kirain jalannya dah asoy gak taunya walo tanjakan dah habis tapi jalan jelek gak bikin speed ningkat juga, selain itu banyak lubang karena musim hujan yang panjang. Beberapa kali ada segment jalan mulus mulai tarik peloton kecil kami di kecepatan 36-38 kpj dan berulang kali harus memelan karena kondisi jalan.


CP 7 ⏰ 23:32 📍km 348



Di CP ini kita ketemu sama rombongan ekspress Datya, Whizz dan Jeff. Sempetin wedangan dulu minum wedang uwuh favorit sambil santay sejenak karena finish sudah tinggal 50 km lagi. Dari sini kalo di peta untuk menuju Solo sudah terlihat dekat tinggal lurus-lurus aja di jalan raya, tapi namanya juga Audax kita diputerin dulu dikasih jalan nanjak halus dan jalan gradakan di Boyolali, baru dapet bonus turunan panjang Jl. Pandanaran sepanjang 15km menuju kota Solo.


Finish ⏰ 2:09 📍km 399

Elapsed 21:06:55

Moving 16:55:05

Avg Speed 23,6 kph

Powered by : Herbalife Nutrition Indonesia



 

Day 3 : Finishing Day // 26.02.2023

=======================

Dini hari pagi tiba di finish suasananya sepi, finish paling gak festive selama ikutan Audax, panitia juga pasti sudah capek berjaga dari sejak pagi, jadi kami pun memutuskan hanya foto sebentar lalu pulang ke Hotel untuk istirahat. Kami sudah mendengar kabar kecelakaan Xtin dan mas Tri namun masih menunggu kabar lengkap situasi mereka sambil memantau teman-teman lain yang belum finish. Sekitar pukul 07 kami kembali ke finish dan bertemu dengan Om Bob, Om Gusti dan rombongan Cibubur, Dok Irun, Dok Ayu, Evelyn, dll. Nongkrong di villa depan lokasi finish jadi bisa liat siapa aja yang baru finish pagi itu. Kita sarapan Nasi Gudeg dan Tahu Petis yang enak banget. Di sana stay sampai pukul 09:30an lalu kembali ke Hotel untuk packing persiapan pulang naik pesawat ke Jakarta.


Kesimpulan dari Audax 400 km ini banyak peserta Audax Solo 400 tahun sebelumnya yang ikut kembali di tahun ini waktunya off lebih lama, rute yang berbeda, jalan yang cenderung banyak rusak, panas siang hari dan cuaca hujan deras dimalam hari, menambah kesangaran Audax kali ini yang kata beberapa orang lebih berat dari Jogja 600. Dari data sih Mariska finish 30 menit lebih cepat dari Audax Solo 2022 jadi boleh senang deh dan yang pasti kita bisa pulang ke Finish di Rumah dengan utuh tanpa kurang suatu apapun.








Finish bareng Mr. Tarakan - Ferdi Hutahaean yang baru pertama ikut Audax langsung ambil 400km.


Equipment List :

🚲 Trek Madone SLR 6

Shimano Ultegra Mechanical

Crank 52-34

Sprocket 11-34

Bontrager Aeolus 37

Tyre 25mm Pirelli

👕 Subjersey T/A/G

😎 Oakley Kato

👟 Bontrager XXX

Navigation : Garmin Edge 1040 Solar

backup : Garmin Fenix 7x Solar

Lighting : Blackburn 800

Bag : Sekayuh

Lube : Strasse


290 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page